Inisiasi 3
KOMUNIKASI
LINTAS-BUDAYA DALAM BISNIS
Komunikasi
bisnis dipengaruhi dan berlangsung dalam konteks budaya, salah satu contoh dilakukan
produsen komputer Dell. Perusahaan ini sangat memperhatikan aspek-aspek lokal
dalam komunikasi bisnisnya. Dell misalnya tidak menjual komputer berbahasa
Inggris di Cina.
Bagaimana
komunikasi bisnis antarbudaya
berlangsung?.
Komunikasi bisnis antarbudaya bisa dipelajari setelah
memahami konsep-konsep komunikasi antarbudaya (intercultural communications) dan komunikasi lintasbudaya (cross-cultural communications).
Kalau dulu, paradigma
ekonomi tercermin dari ungkapan “think
globally and act locally”, kini berubah menjadi “act globally and think locally”.
Perubahan paradigma ini berakibat pada cara satu organisasi bisnis
beroperasi. Organisasi
jaman sekarang membutuhkan orang dari berbagai latar budaya, yang tentunya akan
terbiasa dengan cara berpikir lokal itu. Cara berpikir lokal itu, diyakini akan
memberi perspektif baru terhadap satu permasalahan dan juga bisa memberikan
solusi baru terhadap permasalahan. Solusi dan perspektif tersebut seringkali
segar, baru dan sebelumnya tak terpikirkan.
Dengan memiliki model sumberdaya manusia dari berbagai latar
belakang budaya itulah akan memungkinkan satu organisasi bisnis untuk
menjalankan kegiatan bisnisnya secara global. Bayangka satu tim kerja ada orang
Jepang, Hong Kong, Finlandia, Australia, Indonesia, dan Afrika Selatan. Tim
yang beragam bangsa dan budaya ini tentunya akan memungkinkan satu organisasi
bisa bertindak global namun berpikir lokal. Demikian juga dengan perusahaan dalam negeri misalnya, pegawainya
berasal dari berbadai suku dan bahasa, misalnya dari Jawa, Sumatera, Sulawesi
hingga Papua. Kini latar belakang yang berbeda itu justru menjadi salah satu
kekuatan.
Pengertian
Komunikasi Antarbudaya
Secara sederhana, komunikasi antarbudaya bisa dinyatakan
sebagai proses komunikasi yang berlangsung di antara orang-orang yang berbeda
budayanya. Berdasarkan pengertian di atas, bisa kita membayangkan bagaimana para
padagang di kawasan wisata internasional seperti di Bali atau Batam. Di Bali,
para turis berkomunikasi dengan penduduk setempat yang menjajakan berbagai
cenderamata. Para pelayan toko di Batam berkomunikasi dengan turis asal
Singapura atau Malaysia yang biasanya membanjiri Batam pada hari Sabtu dan
Minggu. Ini menunjukkan praktik komunikasi antarbudaya itu berlangsung pada
berbagai taraf kehidupan sosial.
Komunikasi
antarbudaya itu terjadi karena orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut
membawa serta pengalaman, pengetahuan dan nilai-nilai dalam budayanya dalam
berkomunikasi.
Apa beda
komunikasi antarbudaya dan komunikasi lintasbudaya?
Pada prinsipnya, dua istilah ini menunjukkan satu proses
komunikasi yang sama yakni komunikasi yang dilakukan orang yang berbeda
budayanya. Bahkan kedua istilah itu sering dipertukarkan dalam penggunaannya,
karena pada dasarnya memiliki makna yang kurang lebih sama. Namun, ada yang
membedakan di antara keduanya.
Bila komunikasi antarbudaya berlangsung di antara dua orang
yang berbeda budayanya, maka komunikasi lintas-budaya berlangsung di antara
beberapa orang atau lebih dari dua orang yang berbeda budaya. Contohnya, bila
seorang Indonesia berkomunikasi dengan seorang Australia maka disebut
komunikasi antarbudaya. Tapi bila seorang Indonesia, seorang Brasil, seorang
Maroko dan seorang Jerman bertemu dalam sebuah kegiatan komunikasi maka
dinamakan komunikasi lintasbudaya.
Bahasa Tubuh
Masing-masing orang dengan budaya
berbeda punya makna yang tidak sama terhadap nilai yang dibangun. Misalnya, orang di Amerika Utara memandang kontak mata langsung merupakan tanda
ketulusan, sedangkan di Asia dipandang sebagai perilaku tidak sopan. Contoh di atas menunjukkan
makna bahasa
nonverbal.
Menurut Albert
Mehrabian tentang dampak komunikasi. Komunikasi verbal hanya 7%, suara termasuk
nada suara dan bunyi-bunyi 38%, dan pesan nonverbal 55%. Sedangkan penelitian
lain menunjukkan, pada saat orang berbicara 35% pesan disampaikan secara verbal
dan 65% disampaikan secara nonverbal. Kedua hasil penelitian itu menunjukkan
bahwa komunikasi nonverbal sesungguhnya merupakan bagian terbesar dalam
kegiatan komunikasi manusia. Karena itu, bahasa tubuh menjadi bagian sangat
penting untuk kita pelajari manakala kita memperlajari komunikasi, termasuk
komunikasi bisnis.
Bahasa Tubuh Saat Wawancara
Kerja
Bisa Dilakukan
|
Jangan Dilakukan
|
Tersenyum, yang menunjukkan rasa percaya diri dan yakin akan
kemampuan diri
|
Menyimpan benda pribadi atau siku tangan di atas meja pewawancara
karena merupakan zona pribadi pewawancara
|
Percaya diri dan sombong hanya beda sedikit sehingga harus
berhati-hati
|
Memakai wewangian berlebihan
|
Lakukan kontak mata yang wajar saat menjawab pertanyaan
|
Selalu menunduk saat menjawa pertanyaan
|
Duduk dengan sikap wajar
|
Terlalu menantang mata lawan bicara Anda
|
Erat berjabatan tangan saat memperkenalkan diri
|
Cengengesan saat menjawab pertanyaan
|
Ucapkan terima kasih atas kesempatan wawancara yang diberikan
|
Menggoyang-goyangkan kaki karena gugup
|
Sumber: Majalah KarirUp No.3/Vol.1
Kecerdasan Budaya
Kecerdasan budaya ini adalah kemampuan
yang dikembangkan melalui kegiatan belajar yang terus-menerus untuk memahami
keragaman budaya. Kecerdasan seperti ini tentunya sangat dibutuhkan manakala
kita memperhatikan fenomena globalisasi. Dengan globalisasi, komunikasi
antarmanusia dari berbagai penjuru dunia semakin sering terjadi dan semakin
mudah dilakukan. Kita menjadi bagian dari masyarakat global.
Bibikova dan Kotelnikov
(2006) menegaskan bahwa
kecerdasan budaya ini sangat relevan mengingat makin meningkatnya lingkungan
kerja yang beragam dan global.
Manfaat kecerdasan budaya, Bibikova
dan Kotelnikov menyebutnya sebagai berikut:
- memperkecil kendala budaya yang
disebabkan oleh dikhotomi “kami” dan “mereka” dan memungkinkan kita untuk
memperkirakan apa yang “mereka” pikirkan dan bagaimana reaksinya terhadap
pola perilaku kita.
- bisa memanfaatkan kekuatan keragaman
budaya
Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi ini berkaitan dengan apa dan bagaimana kita
berkomunikasi seperti bagaimana kita memilih kata-kata, menggunakan intonasi
atau logat bahasa, apa yang kita tekankan dalam sebuah percakapan dan
seterusnya. Pada dasarnya, dengan gaya komunikasi, kita bisa melihat apa yang
dilakukan orang lain saat dia berkomunikasi.
Gaya
komunikasi ada dua, komunikasi konteks tinggi dan komunikasi konteks-rendah. Komunikasi
konteks-tinggi kebanyakan berlangsung pada masyarakat yang relatif homogen.
Dalam komunikasi konteks tinggi, pesan yang disampaikan kebanyakan ada dalam
konteks fisik sehingga makna pesan hanya dapat dipahami dalam konteks pesan
tersebut. Sebaliknya dengan komunikasi konteks-rendah berjalan cepat dan mudah
berubah. Budaya konteks rendah biasanya memberi perhatian pada spesifikasi,
rincian, dan jadwal waktu yang mengabaikan konteks.
Orang yang berasal dari budaya konteks-tinggi biasanya lebih
memiliki kemampuan dalam membaca perilaku nonverbal. Itu sebabnya mereka
berbicara lebih sedikit dibandingkan dengan anggota masyarakat yang
diklasifikasikan berbudaya konteks-rendah.
Komunikasi dalam Budaya
Berkonteks Tinggi dan Rendah
|
Konteks Tinggi
|
Konteks Rendah
|
Pilihan strategi
komunikasi
|
Tidak langsung,
santun, ambigu
|
Langsung,
konfrontatif, jelas
|
Mendasarkan pada
kata-kata untuk berkomunikasi
|
Rendah
|
Tinggi
|
Mendasarkan pada
tanda-tanda nonverbal untuk berkomunikasi
|
Tinggi
|
Rendah
|
Arti penting
kata-kata tertulis
|
Rendah
|
Tinggi
|
Kesepakatan
tertulis
|
Tak mengikat
|
Mengikat
|
Kesepakatan
lisan
|
Mengikat
|
Tidak Mengikat
|
Perhatian pada
hal-hal yang rinci
|
Rendah
|
Tinggi
|
Sumber: Victor, D.A. (1992), International
Business Communication, New York: HarperCollins