Jumat, Maret 18, 2016

Inisiasi 3 Komunikasi Bisnis



Inisiasi 3
KOMUNIKASI LINTAS-BUDAYA DALAM BISNIS

Komunikasi bisnis dipengaruhi dan berlangsung dalam konteks budaya, salah satu contoh dilakukan produsen komputer Dell. Perusahaan ini sangat memperhatikan aspek-aspek lokal dalam komunikasi bisnisnya. Dell misalnya tidak menjual komputer berbahasa Inggris di Cina.

Bagaimana komunikasi bisnis antarbudaya berlangsung?. Komunikasi bisnis antarbudaya bisa dipelajari setelah memahami konsep-konsep komunikasi antarbudaya (intercultural communications) dan komunikasi lintasbudaya (cross-cultural communications).

Kalau dulu, paradigma ekonomi tercermin dari ungkapan “think globally and act locally”, kini berubah menjadi “act globally and think locally”. Perubahan paradigma ini berakibat pada cara satu organisasi bisnis beroperasi. Organisasi jaman sekarang membutuhkan orang dari berbagai latar budaya, yang tentunya akan terbiasa dengan cara berpikir lokal itu. Cara berpikir lokal itu, diyakini akan memberi perspektif baru terhadap satu permasalahan dan juga bisa memberikan solusi baru terhadap permasalahan. Solusi dan perspektif tersebut seringkali segar, baru dan sebelumnya tak terpikirkan.

Dengan memiliki model sumberdaya manusia dari berbagai latar belakang budaya itulah akan memungkinkan satu organisasi bisnis untuk menjalankan kegiatan bisnisnya secara global. Bayangka satu tim kerja ada orang Jepang, Hong Kong, Finlandia, Australia, Indonesia, dan Afrika Selatan. Tim yang beragam bangsa dan budaya ini tentunya akan memungkinkan satu organisasi bisa bertindak global namun berpikir lokal. Demikian juga dengan perusahaan dalam negeri misalnya, pegawainya berasal dari berbadai suku dan bahasa, misalnya dari Jawa, Sumatera, Sulawesi hingga Papua. Kini latar belakang yang berbeda itu justru menjadi salah satu kekuatan.
 
Pengertian Komunikasi Antarbudaya

Secara sederhana, komunikasi antarbudaya bisa dinyatakan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di antara orang-orang yang berbeda budayanya. Berdasarkan pengertian di atas, bisa kita membayangkan bagaimana para padagang di kawasan wisata internasional seperti di Bali atau Batam. Di Bali, para turis berkomunikasi dengan penduduk setempat yang menjajakan berbagai cenderamata. Para pelayan toko di Batam berkomunikasi dengan turis asal Singapura atau Malaysia yang biasanya membanjiri Batam pada hari Sabtu dan Minggu. Ini menunjukkan praktik komunikasi antarbudaya itu berlangsung pada berbagai taraf kehidupan sosial.

Komunikasi antarbudaya itu terjadi karena orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut membawa serta pengalaman, pengetahuan dan nilai-nilai dalam budayanya dalam berkomunikasi.

Apa beda komunikasi antarbudaya dan komunikasi lintasbudaya?
Pada prinsipnya, dua istilah ini menunjukkan satu proses komunikasi yang sama yakni komunikasi yang dilakukan orang yang berbeda budayanya. Bahkan kedua istilah itu sering dipertukarkan dalam penggunaannya, karena pada dasarnya memiliki makna yang kurang lebih sama. Namun, ada yang membedakan di antara keduanya.

Bila komunikasi antarbudaya berlangsung di antara dua orang yang berbeda budayanya, maka komunikasi lintas-budaya berlangsung di antara beberapa orang atau lebih dari dua orang yang berbeda budaya. Contohnya, bila seorang Indonesia berkomunikasi dengan seorang Australia maka disebut komunikasi antarbudaya. Tapi bila seorang Indonesia, seorang Brasil, seorang Maroko dan seorang Jerman bertemu dalam sebuah kegiatan komunikasi maka dinamakan komunikasi lintasbudaya.


Bahasa Tubuh
Masing-masing orang dengan budaya berbeda punya makna yang tidak sama terhadap nilai yang dibangun. Misalnya, orang di Amerika Utara memandang kontak mata langsung merupakan tanda ketulusan, sedangkan di Asia dipandang sebagai perilaku tidak sopan. Contoh di atas menunjukkan makna bahasa nonverbal.

Menurut Albert Mehrabian tentang dampak komunikasi. Komunikasi verbal hanya 7%, suara termasuk nada suara dan bunyi-bunyi 38%, dan pesan nonverbal 55%. Sedangkan penelitian lain menunjukkan, pada saat orang berbicara 35% pesan disampaikan secara verbal dan 65% disampaikan secara nonverbal. Kedua hasil penelitian itu menunjukkan bahwa komunikasi nonverbal sesungguhnya merupakan bagian terbesar dalam kegiatan komunikasi manusia. Karena itu, bahasa tubuh menjadi bagian sangat penting untuk kita pelajari manakala kita memperlajari komunikasi, termasuk komunikasi bisnis.

Bahasa Tubuh Saat Wawancara Kerja
Bisa Dilakukan
Jangan Dilakukan
Tersenyum, yang menunjukkan rasa percaya diri dan yakin akan kemampuan diri
Menyimpan benda pribadi atau siku tangan di atas meja pewawancara karena merupakan zona pribadi pewawancara
Percaya diri dan sombong hanya beda sedikit sehingga harus berhati-hati
Memakai wewangian berlebihan
Lakukan kontak mata yang wajar saat menjawab pertanyaan
Selalu menunduk saat menjawa pertanyaan
Duduk dengan sikap wajar
Terlalu menantang mata lawan bicara Anda
Erat berjabatan tangan saat memperkenalkan diri
Cengengesan saat menjawab pertanyaan
Ucapkan terima kasih atas kesempatan wawancara yang diberikan
Menggoyang-goyangkan kaki karena gugup
Sumber: Majalah KarirUp No.3/Vol.1

Kecerdasan Budaya
Kecerdasan budaya ini adalah kemampuan yang dikembangkan melalui kegiatan belajar yang terus-menerus untuk memahami keragaman budaya. Kecerdasan seperti ini tentunya sangat dibutuhkan manakala kita memperhatikan fenomena globalisasi. Dengan globalisasi, komunikasi antarmanusia dari berbagai penjuru dunia semakin sering terjadi dan semakin mudah dilakukan. Kita menjadi bagian dari masyarakat global.

Bibikova dan  Kotelnikov  (2006) menegaskan bahwa kecerdasan budaya ini sangat relevan mengingat makin meningkatnya lingkungan kerja yang beragam dan global.
Manfaat kecerdasan budaya, Bibikova dan  Kotelnikov  menyebutnya sebagai berikut:
  1. memperkecil kendala budaya yang disebabkan oleh dikhotomi “kami” dan “mereka” dan memungkinkan kita untuk memperkirakan apa yang “mereka” pikirkan dan bagaimana reaksinya terhadap pola perilaku kita.
  2.  bisa memanfaatkan kekuatan keragaman budaya

Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi ini berkaitan dengan apa dan bagaimana kita berkomunikasi seperti bagaimana kita memilih kata-kata, menggunakan intonasi atau logat bahasa, apa yang kita tekankan dalam sebuah percakapan dan seterusnya. Pada dasarnya, dengan gaya komunikasi, kita bisa melihat apa yang dilakukan orang lain saat dia berkomunikasi.

Gaya komunikasi ada dua, komunikasi konteks tinggi dan komunikasi konteks-rendah. Komunikasi konteks-tinggi kebanyakan berlangsung pada masyarakat yang relatif homogen. Dalam komunikasi konteks tinggi, pesan yang disampaikan kebanyakan ada dalam konteks fisik sehingga makna pesan hanya dapat dipahami dalam konteks pesan tersebut. Sebaliknya dengan komunikasi konteks-rendah berjalan cepat dan mudah berubah. Budaya konteks rendah biasanya memberi perhatian pada spesifikasi, rincian, dan jadwal waktu yang mengabaikan konteks.

Orang yang berasal dari budaya konteks-tinggi biasanya lebih memiliki kemampuan dalam membaca perilaku nonverbal. Itu sebabnya mereka berbicara lebih sedikit dibandingkan dengan anggota masyarakat yang diklasifikasikan berbudaya konteks-rendah.

Komunikasi dalam Budaya Berkonteks Tinggi dan Rendah

Konteks Tinggi
Konteks Rendah
Pilihan strategi komunikasi
Tidak langsung, santun, ambigu
Langsung, konfrontatif, jelas
Mendasarkan pada kata-kata untuk berkomunikasi
Rendah
Tinggi
Mendasarkan pada tanda-tanda nonverbal untuk berkomunikasi
Tinggi
Rendah
Arti penting kata-kata tertulis
Rendah
Tinggi
Kesepakatan tertulis
Tak mengikat
Mengikat
Kesepakatan lisan
Mengikat
Tidak Mengikat
Perhatian pada hal-hal yang rinci
Rendah
Tinggi
Sumber: Victor, D.A. (1992), International Business Communication, New York: HarperCollins

     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar