Inisiasi 4
KORESPONDENSI
Bagi
sebagian orang, korespondensi dianggap sebagai kegiatan yang sekedar menulis
surat. Padahal sesungguhnya, lebih daripada itu. Karena, di balik surat yang
ditulis itu ada sekian banyak kegiatan yang mendahuluinya. Dengan memandang korespondensi sebagai salah
satu bentuk komunikasi bisnis, maka kita akan menerapkan tahapan-tahapan
komunikasi bisnis seperti dikemukakan tadi.
Merencanakan Korespondensi Bisnis
Dalam
korepondensi, diawai dengan menyusun perencanaan korepondensi seperti gambar
berikut.
Piramida Perencanaan Komunikasi
Gambar tersebut pada dasarnya menjelaskan 6 pertanyaan yang
harus dijawab tatkala kita menyusun rencana komunikasi bisnis. Pertanyaan
tersebut adalah:
a.
bagaimana infrastruktur komunikasi
bisnis yang dimiliki?
b.
Apa tujuan yang hendak dicapai
melalui komunikasi bisnis?
c.
Siapa sasaran komunikasi bisnis
kita?
d.
Siapa khalayak komunikasi bisnis
kita?
e.
Apa kerangka komunikasi bisnis
kita?
f.
Apa pesan komunikasi bisnis kita?
Secara
khusus gambar di atas menunjukkan, penetapan tujuan akan berkaitan dengan
sasaran dan sasaran dengan khalayak. Seperti kita ketahui, tujuan komunikasi
bisa dicapai bila kita sudah menetapkan sasarannya. Namun, sasaran itu masih
bersifat umum sehingga perlu dibuat spesifik menjadi khalayak sasaran. Kita
bisa mengambil contoh, sasaran komunikasi kita adalah remaja. Namun belum
spesifik, karena remaja itu merupakan kelompok besar dalam masyarakat kita.
Kita buat spesifik dengan menyatakan remaja yang menjadi khalayak sasaran
adalah remaja putri perkotaan.
Ada
2 prinsip yang harus kita pegang saat membuat surat untuk kepentingan
korespondensi bisnis yakni (a) empati, dan (b) pengorganisasian pesan. Empati
adalah kemampuan untuk mengenali kerangka referensi (pengetahuan, perasaan dan
emosi) orang lain dan untuk mem-proyeksikan dan mengkomunikasikan pemahaman
terhadap orang lain. Atau dalam ungkapan yang populer, empati artinya berdiri
di atas sepatu orang lain.
Ada
beberapa faktor yang harus kita perhatikan dalam berempati dengan orang lain,
yaitu:
a.
Usia.
b.
Taraf ekonomi.
c.
Latar belakang pendidikan/pekerjaan.
d.
Budaya.
e.
Kedekatan.
f.
Harapan.
g.
Kebutuhan pembaca
Organisasi Surat
Setelah
tau prinsip pertama penulisan surat bisnis yakni empati, kini kita mulai
membahas prinsip kedua yakni pengorganisasian pesan dalam surat. Istilah
mengorganisasikan memiliki makna sebagai
“pembagian topik ke dalam bagian-bagian dan menyusun topik tersebut agar
memiliki urutan yang tepat.
Melalui
pengorganisasian ini, kita pada dasarnya membuat terlebih dulu kerangka isi (outline) isi surat. Menurut Himstreet,
Baty dan Lehman (1993:98) kerangka
tersebut memiliki manfaat:
a.
Memungkinkan kita menulis surat secara
ringkas dan akurat (meminimalkan kemungkinan hilangnya gagasan penting atau memasukkan
gagasan yang tidak perlu).
b.
Memungkinkan kita memberi
perhatian pada tahapan-tahapan (sebaiknya kita memusatkan perhatian pada
pemisahan antara (a) gagasan yang perlu disampaikan melalui surat, (b)
membedakan antara gagasan utama dan gagasan penunjang, (c) urutan gagasan, pada
tahap ini kita memusatkan perhatian pada pembahasan selanjutnya dengan cara
mengungkapkan gagasan tersebut.
c.
Menghemat waktu dalam menulis
(dengan membuat pertanyaan: gagasan mana yang dicantumkan dan urutan jawabannya
dengan tepat, dengan cara ini kita tak membuang banyak waktu untuk beralih dari satu topik ke topik lain).
d.
Memberikan dukungan psikologis. Dengan
merasa mampu membuat kerangka akan meningkatkan keyakinan bahwa langkah selanjutnya
―menulis― akan bisa berhasil juga.
e.
Penonjolan. Setiap kalimat dalam
surat memberi sumbangan pada penyusunan pesan. Ada kalimat-kalimat yang
digunakan untuk menonjolkan gagasan agar bisa tertanam dalam benak pembaca. Satu
kerangka surat yang efektif membuat pokok-pokok utama surat tetap berada pada
posisi yang empatik.
Sementara
surat yang disusun dengan runut memberikan manfaat bagi pembaca, berupa:
a.
Pesan yang disampaikan padat dan
akurat,
b.
Keterkaitan antargagasan yang
disampaikan dalam surat menjadi lebih mudah diperlihatkan dan diingat, dan
c.
Reaksi terhadap isi surat dan
penulisnya menjadi lebih positif . Reaksi pembaca terhadap surat dipengaruhi
urutan penyajian gagasan. Karena itu, sebaiknya surat dibuka dan ditutup dengan
kalimat yang empatik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar